Unforgettable Holiday in Yogyakarta

Rabu, September 02, 2015


18 Agustus 2015
Yogyakarta. Pagi itu aku tiba di Yogyakarta dan dijemput oleh sahabatku, Desca. Dia teman SMP ku juga. Teman sekelas. Tapi jaman SMP kita nggak begitu dekat. Jujur waktu pertama akan bertemu Desca ada sedikit canggung apa nanti kami bisa akrab seperti orang yang sahabatan nya udah lama banget. Ntah dimulai tahun kapan aku dan Desca mulai dekat saling curhat soal kuliah dan lagi-lagi cinta haha. Tapi hanya via bbm atau line. Dan hari ini pertama kalinya ketemu Desca. Hal pertama yang dilakukan pertama kali ketemu dia adalah pelukan, haha. Iya, layaknya seorang sahabat yang bertahun-tahun nggak pernah ketemu. Dia nggak berubah, badan nya masih kurus dan tinggi seperti dulu. Wajahnya pun nggak berubah. 
Sepanjang perjalanan dari bandara ke kosan dia kami bercerita banyak tentang teman-teman SMP dan aku menceritakan pertemuanku juga dengan anak-anak kelas B. Sesampainya dikosan aku cuma menaruh barang-barangku dan pergi lagi untuk mengisi perut, dan lanjut ke hotel tempat Dara menginap. Iya, Dara juga salah satu teman SMP ku. Aku mengenalnya walau kami tidak sekelas. Dara yang kebetulan sedang ada di Yogyakarta juga. Setelah bertemu Dara kami bertiga menggunakan becak ke Museum Benteng Vredeburg, kenapa kesana? Karena tempatnya dekat dari hotelnya Dara (karena siang itu Dara akan kembali ke Pontianak), kami berfoto-foto disana. Aku sama sekali nggak merasa canggung dengan mereka, padahal ini kali pertama aku bertemu lagi dengan mereka, apalagi dengan Dara belum pernah sama sekali pergi bareng. Alhamdulillah nya, mereka sangat welcome jadi itu mungkin yang membuat gak canggung, hihi. Setelah dari museum kita ke kilometer 0 yang dekat dengan museum. Disana ada simbol "love" dimana orang-orang bisa menggembok "cintanya" haha. Lalu kami kembali ke hotel dengan menggunakan becak lagi. Sebenernya jarak dari KM 0 dengan hotel Dara nggak terlalu jauh, tapi berhubung cuaca hari itu panasnya minta ampun dan kaki rada-rada pegel jadi kami memutuskan menggunakan becak. Haha.
Setelah Dara dan keluarga dijemput dengan taksi menuju bandara, aku dan Desca kembali kekosan. Tidur siang. Malamnya kami makan dikosan dengan makanan dari mamahnya Desca yang dititipkan padaku, lalu kami nongki sambil bercerita panjang lagi di Mister Burger. Sekitar jam 12 malam kami kembali kekosan (dear ayah, selama liburan anakmu pulang malam terus maafkan yaa, kapan lagi coba, haha)





19 Agustus 2015
Pagi ini, sahabatku di SMP, Rosyida (Ima) yang sekarang tinggal di Solo mengunjungi kami. Pagi itu sekitar jam 10-an kami bertemu di kawasan Malioboro, karena nggak ada kendaraan kami memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Malioboro, ngobrol-ngobrol di angkringan sambil menceritakan banyak hal. Ima melanjutkan kuliah S-2 nya, nah hari ini Desca sedang menunggu pengumuman kuliah S-2 nya di salah satu universitas terbaik di Indonesia, Universitas Gajah Mada. Aku salut liat semangat mereka untuk meneruskan kuliah nya, aku sendiri sebenernya masih bimbang apa aku teruskan lagi kuliah atau nggak. Ayah sangat berharap aku mau melanjutkan S2 ku di Bandung. Tapi, jujur saja aku masih trauma masalah tugas akhirku kemarin. Dan niatku melanjutkan S-2 rasanya akan kulakukan tapi setelah aku menikah mungkin haha, saran dari salah satu instruktur bahasa inggris-ku begitu. Aku hanya kepikiran sekarang bisa mendapatkan kerja dan bisa nikah muda, haha. Pemikiran yang kolot (tua) memang. Tapi, ada beberapa hal yang aku pikirkan kenapa aku ingin nikah muda. Ah sudah, kenapa jadi curhat hihi.
Kami berfoto bersama dan kami share di group SMP kelasku. Tiba-tiba Alvina berkomentar kalo dia juga lagi di Yogyakarta, lagi ada test untuk beasiswa S-2 nya. MasyaAllah, aku benar-benar malu dengan semangat mereka.  Sorenya, Ima kembali ke Solo. Aku dan Desca kembali kekosan dan bobo syantik. Haha.
Malamnya tiba-tiba Alvina bilang kalo dia ingin bertemu dan aku memberi alamat kosan Desca. Nggak lama Alvina udah ada didepan kosan. Kami bercerita banyak, bernostalgia jaman SMP, dan cerita juga soal dia sampai bisa di Yogyakarta untuk test beasiswa nya keluar negeri. Sesekali Desca nampak gak tenang karena pengumuman kelulusan nya sudah bisa dilihat namun karena jaringan ia gagal membuka pengumumannya. Tiba-tiba tangis Desca pecah, aku tau mungkin ini kabar yang gak enak, aku hanya bisa memeluknya tapi nggak bisa berkata-kata. Alvina juga ikut menghibur dengan celotehannya yang sebenernya "menusuk" hatiku dan Desca. Aku tau bagian terberatnya adalah ketika ia harus memberikan kabar ini ke orang tuanya. Setelah Alvina pulang, aku hanya duduk disamping Desca, melihatnya menangis dan berusaha menenangkannya. 
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 bukannya tidur, kami memutuskan untuk keluar, mungkin jalan keluar bisa membuat hati Desca tenang. Kami mengobrol di Semesta. Aku sangat amat bisa memahami perasaan Desca, karna aku pernah merasakannya juga. Yang paling berat adalah kepikiran perasaan orang tua, padahal aku yakin semua orang tua pasti tidak pernah ada yang menyesal jika anak nya belum mendapatkan apa yang mereka mau. Setelah melihat Desca tertawa lagi, ada rasa tenang walau aku tau pasti didalam hatinya masih sedih. 



21 Agustus 2015
Dan liburan kali ini aku banyak dapat pelajaran. Benar saja, Allah mempertemukan kita dengan seseorang itu pasti ada alasannya. Salah satunya untuk pembelajaran hidup. Dari semua cerita-cerita yang mereka bagikan untukku. Aku selalu merasa lemah hanya karena satu masalah, dan itu hanya masalah hati. Tapi mereka, punya problem masing-masing tapi mereka masih sangat terlihat bahagia. Tidak pernah menunjukkan kalau mereka punya problem. Karena mereka selalu bersyukur. Dan yakin setiap ujian itu pasti ada jawabannya. Aku orang yang kurang bersyukur. Aku pernah merasa hidupku kurang ini kurang itu karena mungkin aku selalu membandingkannya dengan orang lain :"). Maafin Devi, ya Allah :")
Aku bangga dengan semangat mereka untuk mencapai semua cita-citanya. Semangat yang amat luar biasa. Kerja sambil kuliah, itu hal yang luar biasa. Instruktur ku pernah berkata "Kita tidak akan bisa fokus pada 2 hal yang sama-sama kita anggap penting" .
Aku juga merasa bersalah karena aku kurang bersungguh-sungguh kuliah. Aku suka bolos. Walau setiap mendekati ujian jadinya aku harus mati-matian belajar demi nilai dan IPK yang gak boleh jelek. Teringat juga, awalnya aku nggak ingin kuliah di Garut. Setiap orang pasti mendambakan kuliah di tempat yang bagus, yang terfavorit. Tapi tidak dengan orang tuaku, mereka terlalu mengkhawatirkan ku kalau aku jauh dari mereka akan ini itulah. Dan akhirnya dari setiap tes yang aku ikuti untuk kuliah di luar Garut, gagal :') Sedih memang awalnya, tapi berusaha untuk mensupport diri kalau takdir Allah itu yang terbaik. Aku berusaha agar walaupun kuliah di Garut seenggaknya aku punya sesuatu yang bisa aku banggakan.
Teguran yang sangat berarti dari Allah agar aku bisa memperbaiki diri untuk nggak selalu melihat keatas, untuk selalu bersyukur apa yang sudah aku miliki dan apa yang nggak bisa aku miliki karena Allah yang paling tau apa yang terbaik untuk umatNya. Allah itu memberi apa yang kamu butuhkan bukan yang kamu inginkan.
Terimakasih temen-temen lewat kalian aku belajar hal besar yang gak akan aku dapatkan dari membaca, dari menonton, tapi melihat langsung bahwa kalian adalah orang-orang besar. orang-orang yang selalu bersyukur dan itu yang menjadikan kalian kaya. Kaya dalam segala hal, insyaALLAH aamiin :)


You Might Also Like

0 komentar

thank you for visiting my blog



Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Instagram Feed

Subscribe